Senin, 29 Juni 2009

Format kerja kelompok

Nama Kelompok : Ahsanah ( Kelompok enam )

Judul : Seeing is Believing Atau Believe is Seeing

Motto : Selalu ada jalan bagi yang berusaha

Ketua : Anas Mustika

Anggota : 1. Devi Rostika 4. Taufik Nurfahmi

2. Dodi Faedulloh 5. Gita Barana

3. Nur Amanah

Hari Senin, Tanggal 25 Mei 2009 kelompok kami bersama-sama yaitu Devi Rostika, Anas Mustika, Nur Amanah, Dodi Faedulloh, Taufik Nurfahmi dan Gita Barana yang di bagi oleh dosen pengampu mata kuliah Pengembangan Organisasi Dr. Ali Rokhman, M. Si, berdiskusi tentang tujas pengembangan organisasi dengan judul Bab Seeing is Believing atau believing is seeing, kelompok kami berdiskusi tentang pembagian tugasnya namun pembagian tugas cukup sulit karena banyak yang tidak sanggup mengerjakan bagian mereka namun setelah berdebat panjang lebar akhirnya ketua mengusulkan apabila anggota kelompok di suruh memilih sendiri apa yang ingin di kerjakannya, hal ini pun menghasilkan perebutan pekerjaan oleh anggota kelompok, namun pada akhirnya sepakat akan pekerjaannya masing-masing.

Tugas me resume ini diharapkan selesai pada tanggal 31 Mei 2009 sebagai deadline bagi kelompok kami, dan masih harus di bahas pada diskusi di kelas bersama kelompok yang lainnya, setelah tugas di bagi kelompok kami meng copy Bab yang ber judul seeing is believing atau believe is seeing yang selanjutnya di bagi untuk di resume masing-masing anggota kelompok, setelah me resume para anggota mengumpulkan bagian resumannya ketua mengumpulkan dan mengoreksi apa ada yang kurang atau tidak setelah itu di ketik oleh Devi Rostika,Dodi Faedulloh, Nur Amanah dan Taufik Nurfahmi yang kemudian Anas Mustika mengerjakan pembuatan Blog sekaligus mengedit blog kelompok kita biar terlihat manis dan tidak membosankan saat di lihat kelompok lain, Gita Barana men cetak softcopy dan meng copy nya sebanyak lima lembar untuk di bagikan kepada masing-masing.

Sabtu, 13 Juni 2009

Tanggapan “SEEING IS BELIEVING” ATAU “BELIEVING IS SEEING”

“SEEING IS BELIEVING” ATAU “BELIEVING IS SEEING”

Menganut aliran apakah anda?
Melihat dulu baru percaya ataukah percaya dulu sebelum melihat?
Sering orang mengatakan lihat dulu baru percaya. Inilah tipe orang yang baru percaya setelah melihat, dan orang seperti ini banyak ditemui dimana-mana atupun termasuk saya sendiri.
Lihat dulu baru percaya, jika pakem ini dianut orang jadi terlat dalam mendapat kesempatan-kesempatan yang melintas dalam hidupnya, karena ketika gambar sudah benar-benar jelas dan dapat dilihat oleh semua orang, sudah benyak pemain disana, dan kita sudah tidak kebagian lagi.
Misalnya saja Ada sebuah cerita yang menarika , 15 tahun yang lalu, desa cibatu, cikarang merupakan desa miskin dan tandus, tanah didesa ini pada umumnya merah, karena itu disebut lemahabang, dan banyak digunakan untuk membuat batu bata. Ada pun harga tanah pada saat itu paling banter dihargai sekitar Rp. 7.500 per meter, dan tidak bisa dibayangkan akan ada orang dari daerah lain yang membeli tanah didesa itu, baik untuk perumahan ataupun indusrtri, oleh karena itu belum ada yang dapat dilihat pada saat itu.
Orang yang menganut paham percaya setelah melihat sudah pasti tidak melihat potensi yang ada di desa Cibatu tersebut. Berbeda dengan apa yang dilihat oleh Dr. Mochtar Riady. Beliau melihat sebuah kota yang mandiri dan plot-plot industri yang tertata rapi dan infrastruktur yang lengkap. Dengan keyakinan yang besar, di investasikanlah sumberdaya pada tanah yang tandus ini dan kita semua tahu hasilnya sekarang? Sebuah kota yang kompleks di cikarang, dengan nama Lippo Cikarang plus industri estatetnya yang dipenuhi proyek investasi dari berbagi Negara. Ribuan pabrik ada disana, membangkitkan ekonomi di sekelilingnya, mulai dari catering, tenag kerja atau karyawan, perbankan retoran, skuriti, tukang ojek, indejos, dan lain sebagainya.
Seorang yang menganut aliran BELIEVING IS SEEING kayanya sudah melihat gambar yang utuh ketika yang lain masih pusing dan melihat seperti mozaik yang di kocok.
Kebanyakan orang yang menganut aliran BELIEVING IS SEEING merupakan pemimpin yang sukses dibidangnya. Dia sudah bisa melihat apa yang diperjuangkannya. Dia sudah punya gambaran yang jelas tentang apa yang akan diraih pada tahun-tahun yang akan datang, manakala orang biasa masih belum mengerti, belum bisa melihat gambaran tersebut secara utuh.
orang yang menganut aliran BELIEVING IS SEEING memang sering membuat orang salah mengerti, bisa-bisa malah dianggap sebagai orang aneh, unik, dan bahkan dianggap sebagai orang gila.
Salah satu yang pernah ada dalam hidup ini, adalah Walt Disney, sang pendiri dunia fantasi Disneyland yang sangat terkenal. Walt Disney yang lahir ada akhir tahun 1901 yang bernama asli Walter Elias Disney ini berjuang dengan gigih dan penuh semangat untuk mewujudtkan taman impiannya itu. Dia membangun Disneyland pada tahun 1955 dan pada tahun 1965 dia mencanangkan pendirian EPCOT sejenis kota impian dengan membeli tanah yang masih asri di pusat kota Florida. Dia merencanakan new Disneyword tempat new amusement park, motel, resto dan tempat hiburan yang luar biasa mengagumkan. Walt Disney Word akhirnya dibuka untuk umum pada tahun 1971.
Walt Disney meninggal pada akhir taun 1966. jadi sebelum semua impinnya selesai dibangun dan jadi, Walt Disney keburu meninggal, dan para pemimpin proyek pada saat peresmian pembukaan taman impian itu berkata “kalau saja Walt Disney disini bersama kita pada saat peresmian ini tentu dia bias melihatnya, bagaiman taman impian ini berdiri dengan megahnya dengan mewahnya dan bagaiman sorak sorai pengunjung.”
Kita tentu tidak dapat mengatakan bahwa Walt Disney tidak melihatnya. Dia sudah melihatnya, dia bahkan sudah melihat taman impian itu secara utuh pada saat peletakan batu pertama, persisi seperti apa yang dilihat pada saat peresmian pembukaan untuk umum tesebut.
Itulah orang yang menganut aliran BELIEVING IS SEEING, mampu memandang jauh kedepan melampaui keadaan pada masa sekarang.
Dan sekarang menganut aliran apakah anda “SEEING IS BELIEVING” ATAU “BELIEVING IS SEEING”

anas mustika F1B007016

Rabu, 27 Mei 2009

Seeing - Believing

“SEEING IS BELIEVING” ATAU “BELIEVING IS SEEING”

Pada dasarnya prinsip-prinsip keimanan dalam beragama sangatlah berpengaruh dan begitu mengakar kuat dalam konsep-konsep manajemen perubahan. Prinsip tersebut menekankan pentingnya believe untuk mamapu melihat perubahan.”Percaya saja maka Anda akan melihat,” ujar kaum beriman. Tuhan yang tak berwujud dan tak terlihat secara kasat mata akan tampak dan bias dirasakan kehadiran-Nya kalau kita percaya.”Believing is seeing”.Demikianlah perubahan, yang dalam banyak hal hal tidak mudah dibaca secara kasat mata. Sebagian orang melihat tetapi yang lain tidak. Sedangkan yang melihat saja belum tentu bergerajk kalau ia tidak percaya atas apa yang dilihatnya.

Begitulah manusia ternyata membutuhkan waktu yang lama untuk mengenal Sang Khalik. Apakah manusia hanya cukup percaya saja dengan sesuatu yang tak terlihat? Tuhan Maha Mengetahui, masih ada mereka yang merasa kesulitan memahami ini, oleh karena itu Dia mengutus nabi sebagai juru bicara. Mereka akan menerjemaakan kehendak-Nya.

Dalam konteks perubahan, suatu hal yang benar bahwa manusia biasa bukanlah nabi. Namun kalau pemimpinnya dapat dipercaya, tidak bias, mempunyai karakter, dihormati, dan menjalankan apa yang diucapkan maka ia bias membangkitkan kepercayaan.

Mana yang lebih penting antara : komitmen mengikuti keberhasilan perubahan atau komitmen yang mendorong keberhasilan perubahan? Sebagian orang tentu saja mengatakan komitmenlah yang mendorong keberhasilan. Kita semua dapat berhasil kalau semua orang komit. Komitmen mendorong kepercayaan dan semangat bekerja. Tanpa ada komitmen mana ada pergerakan menuju perbaikan.

Pelajarilah mengapa orang-orang perantauan sukses dalam bisnis. Mereka selalu mengatakan sukses diraih karena kerja keras, kejujuran, dan keuletan. Kerja keras jujur dan ulet adalah pelaksanaan dari komitmen. Karena mereka tidak punya banyak piliha, mereka harus menekuni bisnis dengan komit. Bangun pagi sebelum matahari terbit, dan tidur sebelum matahari terbenam. Setiap hari bekerja keras dan banyak pikiran. Hasilnya ternyata luar biasa.

Dibedakan atas dua golongan masyarakat : masyarakat Altruistik (komitmen mendorong perubahan) dan, masyarakat cenderung selfish (perubahan mendorong komitmen)

Masyarakat Altruistik, yaitu masyarakat dengan kerelaan berkorban yang besar, dengan nilai-nilai social (social capital) yang kuat orang berani berkorban karena percaya pada orang lain, bahwa mereka pun rela berkorban.

Perubahan membutuhkan komitmen. Bagi pemimpin yang berada dalam masyarakat altruistic, komitmen dengan mudah dapat diperoleh. Tetapi komitmen harus terus dapat dipertahankan dengan bukti-bukti dan para pengikut perlu diajak melihat adanya kemajuan sebaliknya dalam masyarakat yang cenderung ikatan socialnya melemah atau selfish harus dimulai dari kelompok kecil yang saling percaya. Kelompok ini dalam bekerja harus dengan cepat dan menunjukan bukti-bukti kemajuan (a short term win) dan keberhasilan untuk memperoleh dukanngan yang lebih besar. Bukti-bukti itu dinyatakan dalam bentuk pemberian kenikmatan-kenikmatan tambahan/pelengkap seperti bonus, fasilitas, keterangan kerja, pemulihan reputasi, dan imbalan-imbalan non material. Dalam halini di jelaskan bahwa, Masyarakat adalah cerminan dari apa yang dilakukan para pemimpinnya.

Dalam masyarakat yang pluralistic semakin dibutuhkan bukti-bukti yang dapat dilihat untuk menyajikan perubahan. Bahkan dalam masyarakat altruistic sekalipun, komitmen harus dapat dibangkitkan oleh orang-orang yang bias memvisualkan perubahan-perubahan yang terjadi dengan lebih mudah diterima. Manusia memerlukan sesuatu yang kongkrit seperti pendekatan visual, diagram, story telling, dan sebagainya

Old Belief dan New Belief

“Anda adalah apa yang anda percayai” Selain pandangan (belief) tentang komitmen, keberhasilan perubahan juga di tandai oleh kepercayaan-kepercayaan lain yang melekat pada setiap individu. McLagan (2002) membedakan antara “old belief” (pandangan atau kepercayaan lama) dengan “new belief” (pandanagan atau kpercayaan baru) yang berlaku dalam menejeman perubahan. Yang disebutnya dengan old belief adalah nilai-nilai atau kepercayaan/pandangan yang umumnya berlaku dalam suatu komunitas. Pandangan-pandangan tersebut dipercaya ssebagia sebuah kebenaran, sekalipun sangata menghambata untuk munculnya perubahan. Untuk mendorong timbulnya perubahan diperlukan pandangan-pandangan atau kepercayaan-kepercayaan baru.

Adalah tugan eksekutif atau pmipinan untuk mengaubah “old belief” menjadi “new belief”.

Pandangan atau kepercayaan-kepercayaan tersebut bias dibedakan berdasarkan pandangan tentang suatu hal, diantranya yaitu :

Pandangan Tentang

Sesuatu Hal

Pandangan Lama

(Old Belief)

Pandangan Baru

(New Belief)

Yang dimaksud dengan norma

stabil adalah normal perubahan adalah pengecualian

baik stabilitas atau perubahan adalah sam-sama normal

resistensi atau keengganan untuk berubah

resistensi dan emosi-smosi negatif menyabotase/menghalangi perubahan

resistensi adalah bangun pagi yang mengingatkan

kapan perubahan dimulai

sesuai rencana atau ketika kita ditekankan oleh lingkungan

perubahan telah terjadi bahkan sebelun kita mampu melihatnya

bagaimana perubahan dikelola dan bergerak

ia bergerak secar bertahap, terencana, mengikuti garis linier, dan secara rasional

ia bergerak seperti siklus dan lingkaran, melewayti gelombang demi gelombang

peran pemimpin formal

pemimpin harus mendorong perubahan dan menjadi "role model" untuk proses perubahan

pemimpin adalah co-learners dalam proses perubahan

peranan para pengikut

sekedar pelaksana dengan wewenang terbatas dan tidak berkepentingan tehadap jangka panjang

pengikut memiliki wewenang dan peran yang sangat besar

Keadaan yang normal. Pandangan lama menyatakan yang normal itu adalah yang setabil. Dalam situasi yang stabil, segala sesuatu dapat diramalkan dan manusia brgerak secara linear. Dari A ke B, lalu ke C, D, dan sterusnya. Pada era pasca pemerintahan soeharto. Indonesia telah memasuki era baru yaitu era demokrasi dan persaingan bebas. Saat ini juga banyak yang beranggapan zamannya sedang “tidak normal”

Pandangan baru, di era baru ini dunia sudah tak mengenal lagi istilah stabilitas. Teknologi digital telah membuat semuanya berubah, cepat berpindah dan menimbulkan kejutan-kejutan dimana-mana. Informasi bergerak bebas, sulit dikendalikan. Jadi yang disebut “normal” dalam era ini bukanlah melulu setabil, melainkan juga suasana yang berubah. Kadang ia bergerak keatas, lalu tiba-tiba turun lagi dalam waktu yang relatif cepat

Rasisntensis terhadap perubahan. Habit telah mengunci perilaku manusia. Ibarat computer, otak manusia telah terprogram untuk melakukan hal-hal yang rutin dari waktu ke waktu. Kalau sesuatu diubah atau di ambil tanpa seengetahuannya, manusia bisa mengalamai suasana-suasana negative dan emosional. Perasaan-perasaan ini dapat menghabat penerimaan, bahkan dapat menyabotase perubahan.

Sebaliknya dibutuhkan pandangan pandangan baru yang melihat “resistensi” sebagai suatu yang berbeda .dalam pandangan baru itu, manusia sesungguhnya bias disadarkan dan diajak berubah, sepanjang kesadaran itu dating dari dirinya., dengan memutar arah jarum jam seratus delapan puluh drajat, anda akan mendapatkan sesuatu yang berbeda

Waktu untuk berubah. Pandangan-pandangan lama mengatakan kita harus menunggu sampai perubahan benar-benar tampai didepan mata, baru berubah (reactive change). Kita bergerak kalau sudah direncanakan.

Dalam pandangan-pandangan baru, asumsi-asumsi tersebut sudah dianggap tidak valid lagi. Perubahan telah terjadi, bahkan sebelum anda rencanakan dan kendalikan.

Gerakan perubahan. Bagaimanakah perubahan bergerak? Dulu, pada waktu lingkungan masih bersifat ramah, pemebrinthan begitu kuat, independent fariables cendrung terkendali. Pada masa itu, arah perubahan relative dapat diduga karena ia bergerak secara linear.

Dewasa ini, situasi itu telah berubah. Pemerintah sudah tidak sekuat dahulu lagi, kekuasaan telah terdesentralisasi, pengawasan-pengawasan dari public, dan persaingan terbuka lebar. Maka arah perubahan tidak lagi linear, melainkan srkuler.

Peranan pimpinan formal. Dsalam lingkungan bisnis yang stabil, pimpnan formal cenderung dominant dan menentukan kemana arah organisasinya. ia menjadi “role model” dalam organisasi. Digugu dan ditiru seperti falsafah seorang guru. Dalam lingkungan yang dinamis, pemimpin formal belum tetntu mewakili kesempurnaan. Ditengah-tengah keterbatasan itu, pemimpin harus mampu memanfaatkan keahlian bawahan-bawahannya (teammates). Jadi, pemimpin disini lebih berperan sebagai co-learners yang bersama-sama dengan bawahan mengesplorasi berbagai kemungkinan dan menjawab tantanagan-tantangan itu bersama-sama.

Peranan pengikut. Dalam era pemimpin formal sebagai role model para pengikut relative tidak punya banyak suara, suaranya tenggelam dan tidak terdengar bernada baik. Bawahan (pengikut) pun menjadi co-learnres, yaitu pihak yang sama-sama mengeksplorasi berbagai kesempatan. Jadi bawahan menjadi mitra dalam perubahan dan kemajuan. Kita akan berhasil kalau bukan Cuma kita yang komit, melainkan juga bawahan bawahan yang percaya.

Denagn demikian, jelaslah bahwa cara pandang lama (old belief) dalam melihat perubahan dapat mejadi batu sandungan dalam setyrategi perubahan. Oleh karena itu, sebelum melangkah lebih jauh, adabaiknya cara-cara pandang yang baru ini di introduksi lebih dulu, didiskusikan, sehingga menimbulkan kesadaran-keasadaran baru.

Terperangakap Pandangan Masa Lalu

Dengan “melihat” seseoarang akan menjadi lebih siap menerima dan diharpakan dapat mempercayai apa yang dilihat tersebut.”Melihat” berate manyaksikan dan merasakan adanya “gap” antara apa yang telah/sedang dilakukan dengan apa yang seharusnya dilakukan. Dalam kenyataanya, ternyata tidak semua orang yang matanya “terbuka dan melihat” mampu “melihat” dan berubah. Orang-orang ini terperangkap dalam pandangan masa lalu.

Biasanya ini terjadi karena pada masa lalunya seseorang itu berhasil dengan apa yang diperbuatnya, oleh karena itu ada asumsi dan kepercayaan bahwasanya tidak perlu ada yang dirubah dengan caranya. Orang tersebut biasanya suka menyangkal kehadiran perubahan yang terjadi disekelilingnya sehingga hal ini tidak tidak memunculkan suatu inovasi.

Perangkap pandangan-pandangan lama akan membuat manusia tetap melakukan hal yang sama, apalagi tidak didukung dengan research dan development yang memadai. Oleh karena itu harus ada sikap terbuka dan mampu menerima perubahan yang terjadi disekililing kita dan mampu beradaptasi terhadapa perubahan tersebut dan menyikapinya dengan baik.

Kontras

Merupakan suatu hal yang penting untuk mengubah pandangan-pandangan eksekutif dari waktu ke waktu. Mereka perlu ditunjukan kontras secara sederhana, seperti membandingan warna hitam dan putih. Hindarilah kompleksitas dalam membandingkan kerena ini akan semakin merumitkan diri sendiri.

Terus apakah dengan melihat kontras dan mnyadari bisnis yang ditekuni seseorang berada lama situasi dan keadaan yang salah otomatis akan mengubah belief seseorang ?

Orang-orang yang hebat dalam membuat dan memasarkan produk-produk yang pernah mengalami kejayaan tentu tahu persis bahwa mencoba sesuatu yang baru itu akan penuh dengan resiko. Apalagi mereka telah terperangkap old belief. Mereka selalu enggan berubah mencoba yang baru.

Janganlah sampai terperangkap old belief, oleh karana itu agar keluar dari perangkap tersebut, eksekutif harus diajak melihat kontras dan mengubah cara pandangnya (conceiving). Dan untuk kembali memasuki bisnis yang dibutuhkan pasar sesuai dengan perubahan yang terjadi eksekutif perlu diajak percaya. Disini diperlukan suatu rasa percaya yang kuat karena seseorang yang mencoba sesuatu yang abru akan tampak kurang cerdas karena belum terbiasa. Tetapi setelah ia melakukannya sekian lama orang ini akan membaik, kinerja dan situasinya kembali ke keadaan semula.