Rabu, 27 Mei 2009

Seeing - Believing

“SEEING IS BELIEVING” ATAU “BELIEVING IS SEEING”

Pada dasarnya prinsip-prinsip keimanan dalam beragama sangatlah berpengaruh dan begitu mengakar kuat dalam konsep-konsep manajemen perubahan. Prinsip tersebut menekankan pentingnya believe untuk mamapu melihat perubahan.”Percaya saja maka Anda akan melihat,” ujar kaum beriman. Tuhan yang tak berwujud dan tak terlihat secara kasat mata akan tampak dan bias dirasakan kehadiran-Nya kalau kita percaya.”Believing is seeing”.Demikianlah perubahan, yang dalam banyak hal hal tidak mudah dibaca secara kasat mata. Sebagian orang melihat tetapi yang lain tidak. Sedangkan yang melihat saja belum tentu bergerajk kalau ia tidak percaya atas apa yang dilihatnya.

Begitulah manusia ternyata membutuhkan waktu yang lama untuk mengenal Sang Khalik. Apakah manusia hanya cukup percaya saja dengan sesuatu yang tak terlihat? Tuhan Maha Mengetahui, masih ada mereka yang merasa kesulitan memahami ini, oleh karena itu Dia mengutus nabi sebagai juru bicara. Mereka akan menerjemaakan kehendak-Nya.

Dalam konteks perubahan, suatu hal yang benar bahwa manusia biasa bukanlah nabi. Namun kalau pemimpinnya dapat dipercaya, tidak bias, mempunyai karakter, dihormati, dan menjalankan apa yang diucapkan maka ia bias membangkitkan kepercayaan.

Mana yang lebih penting antara : komitmen mengikuti keberhasilan perubahan atau komitmen yang mendorong keberhasilan perubahan? Sebagian orang tentu saja mengatakan komitmenlah yang mendorong keberhasilan. Kita semua dapat berhasil kalau semua orang komit. Komitmen mendorong kepercayaan dan semangat bekerja. Tanpa ada komitmen mana ada pergerakan menuju perbaikan.

Pelajarilah mengapa orang-orang perantauan sukses dalam bisnis. Mereka selalu mengatakan sukses diraih karena kerja keras, kejujuran, dan keuletan. Kerja keras jujur dan ulet adalah pelaksanaan dari komitmen. Karena mereka tidak punya banyak piliha, mereka harus menekuni bisnis dengan komit. Bangun pagi sebelum matahari terbit, dan tidur sebelum matahari terbenam. Setiap hari bekerja keras dan banyak pikiran. Hasilnya ternyata luar biasa.

Dibedakan atas dua golongan masyarakat : masyarakat Altruistik (komitmen mendorong perubahan) dan, masyarakat cenderung selfish (perubahan mendorong komitmen)

Masyarakat Altruistik, yaitu masyarakat dengan kerelaan berkorban yang besar, dengan nilai-nilai social (social capital) yang kuat orang berani berkorban karena percaya pada orang lain, bahwa mereka pun rela berkorban.

Perubahan membutuhkan komitmen. Bagi pemimpin yang berada dalam masyarakat altruistic, komitmen dengan mudah dapat diperoleh. Tetapi komitmen harus terus dapat dipertahankan dengan bukti-bukti dan para pengikut perlu diajak melihat adanya kemajuan sebaliknya dalam masyarakat yang cenderung ikatan socialnya melemah atau selfish harus dimulai dari kelompok kecil yang saling percaya. Kelompok ini dalam bekerja harus dengan cepat dan menunjukan bukti-bukti kemajuan (a short term win) dan keberhasilan untuk memperoleh dukanngan yang lebih besar. Bukti-bukti itu dinyatakan dalam bentuk pemberian kenikmatan-kenikmatan tambahan/pelengkap seperti bonus, fasilitas, keterangan kerja, pemulihan reputasi, dan imbalan-imbalan non material. Dalam halini di jelaskan bahwa, Masyarakat adalah cerminan dari apa yang dilakukan para pemimpinnya.

Dalam masyarakat yang pluralistic semakin dibutuhkan bukti-bukti yang dapat dilihat untuk menyajikan perubahan. Bahkan dalam masyarakat altruistic sekalipun, komitmen harus dapat dibangkitkan oleh orang-orang yang bias memvisualkan perubahan-perubahan yang terjadi dengan lebih mudah diterima. Manusia memerlukan sesuatu yang kongkrit seperti pendekatan visual, diagram, story telling, dan sebagainya

Old Belief dan New Belief

“Anda adalah apa yang anda percayai” Selain pandangan (belief) tentang komitmen, keberhasilan perubahan juga di tandai oleh kepercayaan-kepercayaan lain yang melekat pada setiap individu. McLagan (2002) membedakan antara “old belief” (pandangan atau kepercayaan lama) dengan “new belief” (pandanagan atau kpercayaan baru) yang berlaku dalam menejeman perubahan. Yang disebutnya dengan old belief adalah nilai-nilai atau kepercayaan/pandangan yang umumnya berlaku dalam suatu komunitas. Pandangan-pandangan tersebut dipercaya ssebagia sebuah kebenaran, sekalipun sangata menghambata untuk munculnya perubahan. Untuk mendorong timbulnya perubahan diperlukan pandangan-pandangan atau kepercayaan-kepercayaan baru.

Adalah tugan eksekutif atau pmipinan untuk mengaubah “old belief” menjadi “new belief”.

Pandangan atau kepercayaan-kepercayaan tersebut bias dibedakan berdasarkan pandangan tentang suatu hal, diantranya yaitu :

Pandangan Tentang

Sesuatu Hal

Pandangan Lama

(Old Belief)

Pandangan Baru

(New Belief)

Yang dimaksud dengan norma

stabil adalah normal perubahan adalah pengecualian

baik stabilitas atau perubahan adalah sam-sama normal

resistensi atau keengganan untuk berubah

resistensi dan emosi-smosi negatif menyabotase/menghalangi perubahan

resistensi adalah bangun pagi yang mengingatkan

kapan perubahan dimulai

sesuai rencana atau ketika kita ditekankan oleh lingkungan

perubahan telah terjadi bahkan sebelun kita mampu melihatnya

bagaimana perubahan dikelola dan bergerak

ia bergerak secar bertahap, terencana, mengikuti garis linier, dan secara rasional

ia bergerak seperti siklus dan lingkaran, melewayti gelombang demi gelombang

peran pemimpin formal

pemimpin harus mendorong perubahan dan menjadi "role model" untuk proses perubahan

pemimpin adalah co-learners dalam proses perubahan

peranan para pengikut

sekedar pelaksana dengan wewenang terbatas dan tidak berkepentingan tehadap jangka panjang

pengikut memiliki wewenang dan peran yang sangat besar

Keadaan yang normal. Pandangan lama menyatakan yang normal itu adalah yang setabil. Dalam situasi yang stabil, segala sesuatu dapat diramalkan dan manusia brgerak secara linear. Dari A ke B, lalu ke C, D, dan sterusnya. Pada era pasca pemerintahan soeharto. Indonesia telah memasuki era baru yaitu era demokrasi dan persaingan bebas. Saat ini juga banyak yang beranggapan zamannya sedang “tidak normal”

Pandangan baru, di era baru ini dunia sudah tak mengenal lagi istilah stabilitas. Teknologi digital telah membuat semuanya berubah, cepat berpindah dan menimbulkan kejutan-kejutan dimana-mana. Informasi bergerak bebas, sulit dikendalikan. Jadi yang disebut “normal” dalam era ini bukanlah melulu setabil, melainkan juga suasana yang berubah. Kadang ia bergerak keatas, lalu tiba-tiba turun lagi dalam waktu yang relatif cepat

Rasisntensis terhadap perubahan. Habit telah mengunci perilaku manusia. Ibarat computer, otak manusia telah terprogram untuk melakukan hal-hal yang rutin dari waktu ke waktu. Kalau sesuatu diubah atau di ambil tanpa seengetahuannya, manusia bisa mengalamai suasana-suasana negative dan emosional. Perasaan-perasaan ini dapat menghabat penerimaan, bahkan dapat menyabotase perubahan.

Sebaliknya dibutuhkan pandangan pandangan baru yang melihat “resistensi” sebagai suatu yang berbeda .dalam pandangan baru itu, manusia sesungguhnya bias disadarkan dan diajak berubah, sepanjang kesadaran itu dating dari dirinya., dengan memutar arah jarum jam seratus delapan puluh drajat, anda akan mendapatkan sesuatu yang berbeda

Waktu untuk berubah. Pandangan-pandangan lama mengatakan kita harus menunggu sampai perubahan benar-benar tampai didepan mata, baru berubah (reactive change). Kita bergerak kalau sudah direncanakan.

Dalam pandangan-pandangan baru, asumsi-asumsi tersebut sudah dianggap tidak valid lagi. Perubahan telah terjadi, bahkan sebelum anda rencanakan dan kendalikan.

Gerakan perubahan. Bagaimanakah perubahan bergerak? Dulu, pada waktu lingkungan masih bersifat ramah, pemebrinthan begitu kuat, independent fariables cendrung terkendali. Pada masa itu, arah perubahan relative dapat diduga karena ia bergerak secara linear.

Dewasa ini, situasi itu telah berubah. Pemerintah sudah tidak sekuat dahulu lagi, kekuasaan telah terdesentralisasi, pengawasan-pengawasan dari public, dan persaingan terbuka lebar. Maka arah perubahan tidak lagi linear, melainkan srkuler.

Peranan pimpinan formal. Dsalam lingkungan bisnis yang stabil, pimpnan formal cenderung dominant dan menentukan kemana arah organisasinya. ia menjadi “role model” dalam organisasi. Digugu dan ditiru seperti falsafah seorang guru. Dalam lingkungan yang dinamis, pemimpin formal belum tetntu mewakili kesempurnaan. Ditengah-tengah keterbatasan itu, pemimpin harus mampu memanfaatkan keahlian bawahan-bawahannya (teammates). Jadi, pemimpin disini lebih berperan sebagai co-learners yang bersama-sama dengan bawahan mengesplorasi berbagai kemungkinan dan menjawab tantanagan-tantangan itu bersama-sama.

Peranan pengikut. Dalam era pemimpin formal sebagai role model para pengikut relative tidak punya banyak suara, suaranya tenggelam dan tidak terdengar bernada baik. Bawahan (pengikut) pun menjadi co-learnres, yaitu pihak yang sama-sama mengeksplorasi berbagai kesempatan. Jadi bawahan menjadi mitra dalam perubahan dan kemajuan. Kita akan berhasil kalau bukan Cuma kita yang komit, melainkan juga bawahan bawahan yang percaya.

Denagn demikian, jelaslah bahwa cara pandang lama (old belief) dalam melihat perubahan dapat mejadi batu sandungan dalam setyrategi perubahan. Oleh karena itu, sebelum melangkah lebih jauh, adabaiknya cara-cara pandang yang baru ini di introduksi lebih dulu, didiskusikan, sehingga menimbulkan kesadaran-keasadaran baru.

Terperangakap Pandangan Masa Lalu

Dengan “melihat” seseoarang akan menjadi lebih siap menerima dan diharpakan dapat mempercayai apa yang dilihat tersebut.”Melihat” berate manyaksikan dan merasakan adanya “gap” antara apa yang telah/sedang dilakukan dengan apa yang seharusnya dilakukan. Dalam kenyataanya, ternyata tidak semua orang yang matanya “terbuka dan melihat” mampu “melihat” dan berubah. Orang-orang ini terperangkap dalam pandangan masa lalu.

Biasanya ini terjadi karena pada masa lalunya seseorang itu berhasil dengan apa yang diperbuatnya, oleh karena itu ada asumsi dan kepercayaan bahwasanya tidak perlu ada yang dirubah dengan caranya. Orang tersebut biasanya suka menyangkal kehadiran perubahan yang terjadi disekelilingnya sehingga hal ini tidak tidak memunculkan suatu inovasi.

Perangkap pandangan-pandangan lama akan membuat manusia tetap melakukan hal yang sama, apalagi tidak didukung dengan research dan development yang memadai. Oleh karena itu harus ada sikap terbuka dan mampu menerima perubahan yang terjadi disekililing kita dan mampu beradaptasi terhadapa perubahan tersebut dan menyikapinya dengan baik.

Kontras

Merupakan suatu hal yang penting untuk mengubah pandangan-pandangan eksekutif dari waktu ke waktu. Mereka perlu ditunjukan kontras secara sederhana, seperti membandingan warna hitam dan putih. Hindarilah kompleksitas dalam membandingkan kerena ini akan semakin merumitkan diri sendiri.

Terus apakah dengan melihat kontras dan mnyadari bisnis yang ditekuni seseorang berada lama situasi dan keadaan yang salah otomatis akan mengubah belief seseorang ?

Orang-orang yang hebat dalam membuat dan memasarkan produk-produk yang pernah mengalami kejayaan tentu tahu persis bahwa mencoba sesuatu yang baru itu akan penuh dengan resiko. Apalagi mereka telah terperangkap old belief. Mereka selalu enggan berubah mencoba yang baru.

Janganlah sampai terperangkap old belief, oleh karana itu agar keluar dari perangkap tersebut, eksekutif harus diajak melihat kontras dan mengubah cara pandangnya (conceiving). Dan untuk kembali memasuki bisnis yang dibutuhkan pasar sesuai dengan perubahan yang terjadi eksekutif perlu diajak percaya. Disini diperlukan suatu rasa percaya yang kuat karena seseorang yang mencoba sesuatu yang abru akan tampak kurang cerdas karena belum terbiasa. Tetapi setelah ia melakukannya sekian lama orang ini akan membaik, kinerja dan situasinya kembali ke keadaan semula.

10 komentar:

  1. Jawaban diskusi mata kuliah Pengembangan Organisasi

    Waktu : Sabtu, 20 Juni 2009 Pukul 13.00 wib
    Tempat : Ruang I Fisip Unsoed

    Menanggapi / jawaban pertanyaan dari saudara Ucu Abdul Bari :

    Komitmen
    Tentulah suatu hal yang benar adanya apabila dengan komitmen yang tinggi dan kuat bisa mendorong kepercayaan dan semangat bekerja, tanpa adanya komitmen maka suatu hal yang mustahil akan muncul suatu pergerakan menuju perbaikan. Kesuksesan diraih karena kerja keras, kejujuran, dan keuletan. Kerja keras, kejujuran, dan keuletan tersebut merupakan pelaksanaan dari komitmen itu sendiri. Memang komitemen itu sendiri muncul tidak hanya selalu diawal, tergatung dari bagaimana sifat masyarakat/golongan yang bersangkutan. Untuk konsep komitem dating diawal mungkin hanya berlaku bagi masyarakat altruistik, yaitu masyarakat yang rela berkorban karena mempunyai nilai-nilai sisial (social capital) yang kuat, mereka berani berkorban karena percaya pada orang-orang lain. Tapi hal ini bertolak belakang dengan masyarakat yang cendrung selfish. Biasanya komitmen ini baru muncul ketika setelah melihat buktinya secara kongkret.

    New Belief
    Argumen kami terhadap new belief ini, dalam konteks kita sebagai mahasiswa yang dimana selalu dianggap sebagi kaum intelektual oleh kalangan masyarakat, harus lah lebih kritis terhadap apa-apa yang terjadi disekitar kita. Jangan pernah sekalikali berdiam diri bilamana melihat suatu keganjilan dari nilai-nilai yang berlaku dan dilaksanakan dalam kehidupan masyarakat. Jangan sampai terjadi kebalikannya, kita, mahasiswa yang selalu dianggap serba tahu dan kritis, malah terperangkap dan terjebak pandangan-pandangan masa lalu (old belief).
    Buang jauh-jauh pandangan-pandangan yang menyesatkan itu, karena cara pandang lama dalam melihat perubahan dapat menjadi batu sandungan dalam strategi perubahan. Bagaimanapun kita tidak akan pernah bisa menghindar dari perubahan yang terus menerus terjadi mengikuti perkembangan zaman, kita disini dituntut untuk pandai-pandai bersikap dan menyesuaikan diri secara adaftif.

    Menanggapi / jawaban pertanyaan dari saudari Ratih :

    Seorang pemimpin bila bertemu dengan seseorang/kelompok yang selalu menyangkal suatu perubahan atau cenderung ikatan sosialnya melemah (selfish) dapat disikapi dengan memulainya dari sebuah kelompok kecil yang saling percaya. Kelompok ini dalam bekerja harus dengan cepat dan dapat menunjukan bukti-bukti kemajuan dan keberhasilan untuk mmeperoleh dukungan yang lebih besar. Masyarakat/golongan yang cenderung selfish biasanya baru mau berubah setelah melihat bukti-buktinya secara kongkret.

    BalasHapus
  2. INDRA ACHMADI / F1B007038

    Ass.
    Dengan berbekal “New Belief” Pandangan Baru tersebut, bagaimana baiknya dan semestinya atau bahkan idealnya bisa diupayakan terhadap FISIP UNSOED ini??
    Terima kasih.

    BalasHapus
  3. RATIH DWI S/F1B007070

    dalam pandangan baru, dunia sudah tak mengenal lagi istilah stabilitas, menurut kelompok Anda bagaimana cara-cara seorang manager untuk dapat terus mengikuti perubahan tersebut?

    BalasHapus
  4. Menjawab pertanyaan dari RATIH DWI S/F1B007070

    oleh ANAS MUSTIKA F1B007016

    Mengingat pentingnya upaya perubahan organisasional di tengah lingkungan yang berubah cepat dan bahkan acapkali bersifat diskontinyu, dan mengingat strategis dan krusialnya bidang-bidang sasaran perubahan serta kompleksnya faktor-faktor yang dapat merintangi upaya perubahan, maka perubahan organisasional seringkali tidak dapat dibiarkan terjadi secara “alamiah” saja. Perubahan seringkali perlu dirancang, direkayasa dan dikelola oleh suatu kepemimpinan yang kuat, visioner, cerdas, dan berorientasi pengembangan -- sebagai agen perubahan.
    Perubahan memerlukan kepemimpinan yang kuat dari segi otoritas yang dimilki maupun dari segi kepribadian dan komitmen karena memimpin perubahan dengan segala kompleksitas permasalahan dan hambatannya memerlukan power, keyakinan, kepercayaan diri, dan keterlibatan diri yang ekstra. Seorang pemimpin tidak boleh bersikap impersonal, apalagi pasif terhadap tujuan-tujuan organisasi, melainkan harus mengambil sikap pribadi dan aktif. Dengan begitu ia tidak akan mudah patah oleh hambatan dan perlawanan. Ia justru akan bergairah menghadapi tantangan perubahan yang dipandangnya sebagai batu ujian kepemimpinannya
    Pemimpin perubahan juga harus visioner karena ia harus sanggup melihat cukup jauh ke depan ke arah mana kapal organisasi harus bergerak. Memimpin perubahan harus dimulai dengan menetapkan arah setelah mengembangkan suatu visi tentang masa depan, dan kemudian menyatukan langkah orang-orang dengan mengomunikasikan penglihatannya dan mengilhami mereka untuk mengatasi rintangan-rintangan.
    Kecerdasan juga sangat diperlukan untuk kepemimpinan perubahan. Tanpa kecerdasan yang baik, ia akan mudah terombang-ambing dalam kebingungan. Kecerdasan sangat diperlukan karena pemimpin harus pandai memilih strategi dan menetapkan program-program perubahan dan mengilhami teknik-teknik pengatasan masalah yang sesuai dengan situasi dan kondisi organisasional yang ada berserta dinamikanya. Kecerdasan yang diperlukan dalam hal ini adalah kecerdasan yang multi-dimensional, yang pada intinya meliputi kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual. Dengan kecerdasan intelektual berarti ia memiliki pengetahuan, wawasan, dan kreativitas berpikir yang diperlukan. Dengan kecerdasan emosional berarti ia pandai mengelola emosi diri maupun emosi orang lain, sehingga proses perubahan dapat berjalan efektif dan dengan kecerdasan spiritual berarti ia memiliki kesadaran etis yang tinggi sehingga tujuan perubahan tidak semata demi peningkatan efektivitas organisasi namun juga demi tertunaikannya tanggungjawab moral dan etik (moral & ethical responsibility) kepada semua stakes-holders (Hendricks dan Ludeman, 2003).
    Sebagai syarat keempat, yang lebih spesifik untuk kepemimpinan di tengah dunia yang berubah, adalah perilaku kepemimpinan yang berorientasi pengembangan, yaitu kepemimpinan yang menghargai eksperimentasi, mengusahakan munculnya gagasan-gagasan baru, dan menimbulkan serta melaksanakan perubahan (Ekvall dan Avronen, 1991). Pemimpin demikian akan mendorong ditemukannya cara-cara baru untuk menyelesaikan urusan, melahirkan pendekatan baru terhadap masalah, dan mendorong anggota untuk memulai kegiatan baru.
    Begitulah, di tengah gencarnya perubahan lingkungan, tanpa upaya perubahan organisasional yang tepat di bawah kepemimpinan yang kuat, visioner, cerdas, dan berorientasi pengembangan, suatu organisasi akan berjalan terseok, bahkan mungkin akan mati didera kuatnya arus perubahan, di dunia yang sudah tak mengenal lagi istilah stabilitas

    BalasHapus
  5. AMRIE MAULIDA ANNISA (F1B007005)

    singkat saja, sebenarnya konsep mana yang menurut anda lebih baik apakah SEEING IS BELIEVING” ATAU “BELIEVING IS SEEING??jeleaskan alasannya...

    BalasHapus
  6. Menanggapi pertanyaan dari Amrie Maulida (F1B007005)
    Oleh Anas Mustika F1B007016

    Melihat dulu baru percaya ataukah percaya dulu sebelum melihat?
    Dua konsep itu semuanya baik, tapi mungkin BELIEVING IS SEEING yang lebih baik, tapi ingat harus mempertimbangkan konsep tersebut lebih dahulu…..
    Sering orang mengatakan lihat dulu baru percaya. Inilah tipe orang yang baru percaya setelah melihat, Lihat dulu baru percaya, jika pakem ini dianut orang jadi terlat dalam mendapat kesempatan-kesempatan yang melintas dalam hidupnya. Orang tersebut akan selalu terperangkap dengan masa lalu.
    Berbeda dengan yang menganut BELIEVING IS SEEING yang selalu menuntut untuk perubahan yang lebih baik. Orang yang menganut aliran BELIEVING IS SEEING memang sering membuat orang salah mengerti, bisa-bisa malah dianggap sebagai orang aneh, unik, dan bahkan dianggap sebagai orang gila.

    Mungkin biar lebih jelas silahkan “SEEING IS BELIEVING” ATAU “BELIEVING IS SEEING” download disini ini sudah pernah saya bahas di blog baik blog saya pribadi maupun blog kelompok

    BalasHapus
  7. NURWIASIH F1B006080/ KLMPOK 3
    Sebelumnya makasih atas penjelasanya,,,

    saya rada ganjal sedikit tentang masalah, masyarakat altruistik yaitu masyarakat yang rela berkorban untuk sosialnya, jika direlisasikan pada jaman sekarang yaitu masyarakat pada jaman sekarang cenderung individual, bagaimana tanggapan anda tentang masalah tersebut dan cara untuk mengatasi masalahnya?

    BalasHapus
  8. Nursoim Isnanto FIB007069 klompok 12
    apakah yang dimaksud dengan pemimpin sebagai co-learness dalam perubahan, berikan penjelasan menurut kelompok anda dan berikan contohnya ya...

    BalasHapus
  9. Menanggapai pertanyaan dari:
    Nursoim Isnanto FIB007069
    Dijawab oleh Anas Mustika F1B007016

    Yaitu pemimpin yang merupakan contoh/panutan dalam perubahan, pemimpin ini sangat mengembangkan sikap kebersamaan.
    Contoh :
    Untuk masyarakat Indonesia pada umumnya, yang menganut budaya paternalistic maka sangat kuat pengaruh orang tua atau atasan sebagai contoh berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mendapatkan budaya kerja perusahaan yang baik, maka atasan sebagai tokoh panutan merupakan hal yang tak dapat ditawar lagi. Sebagai pimpinan, maka pimpinan harus menjadi panutan, yang dapat dimulai dari hal-hal yang sederhana seperti menyapa pada saat tiba di kantor, memuji ketika ada seseorang berhasil mencapai sesuatu yang baik, datang rapat tepat waktu.
    Sebagai panutan artinya atasan perlu empati untuk memahami anak buah yang unik. Dengan memahami karakter masing-masing anak buah, seorang pimpinan akan mampu berkomunikasi, sehingga anak buah tidak merasa seperti diperintah, tetapi akan melakukan pekerjaan dengan senang hati, dan rasa memiliki perusahaan tersebut menjadi kuat.

    BalasHapus
  10. dua contoh studi kasus nyata dalam dunia usaha?seperti apa ya

    BalasHapus